Saber - Fate Stay Night 7

Minggu, 07 November 2021

PRODI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM UIN SUNAN AMPEL SURABAYA SUKSES GELAR WORKSHOP JURNALISTIK

 


Surabaya – Kamis (28/10) Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam atau yang biasa disebut KPI sukses menyelenggarakan workshop jurnalistik. Workshop tersebut dilaksanakan via zoom meeting dan menghadirkan dua pemateri hebat. Pemateri pertama bernama Bayu Putra yang merupakan jurnalis sekaligus asisten redaktur Jawa Pos. Sedangkan untuk pemateri kedua bernama Iwan Iwe yang merupakan seorang content creator. Workshop jurnalistik ini bertujuan untuk mengenalkan dunia jurnalistik dan desain halaman cetak kepada mahasiswa dan mahasiwi KPI UINSA.

Workshop diawali dengan opening speech dari Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Dr. Abd. Halim, M.Ag. Beliau menyampaikan bahwa workshop jurnalistik merupakan bagian dari pengembangan Islam dan pengembangan ilmu di Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Pak Dekan sangat berterima kasih serta mengapresiasi panitia dan dosen dalam menyelenggarakan workshop tersebut.

Pemateri pertama, Bayu Putra mengajarkan mengenai apa saja yang berada di dalam dunia jurnalistik, salah satunya ketika meliput agenda acara presiden. Di dalam powerpoint-nya, Bayu Putra menuliskan bahwa liputan di sana sebenarnya sama saja dengan tempat atau lembaga lain. Bedanya hanya satu tetapi membawa konsekuensi tambahan, yaitu narasumbernya. Maksud dari kalimat ini adalah meliput kegiatan presiden memiliki konsekuensi yang tinggi karena kita dihadapkan dengan pemimpin negara langsung sebagai narasumber. Sehingga perlu berhati-hari apabila melakukan kegiatan meliput.

Bayu Putra juga memberitahukan beberapa macam hal yang perlu disiapkan dan dipatuhi ketika meliput di istana negara. Seperti protokoler yang berarti peraturan-peraturan di istana negara dan kita wajib untuk mematuhinya. Kemudian ID Pers khusus wartawan istana. Selain itu ketika meliput di istana, kita harus memakai outfit sopan karena merepresentasi negara. Ada tiga outfit yang biasa digunakan wartawan istana antara lain seperti,“PSL (Pakaian Sipil Lengkap) terdiri dari setelan jas serta sepatu formal, dan digunakan untuk meliput kegiatan kenegaraan. Lalu ada batik lengan panjang digunakan ketika meliput acara ceremony contohnya pelantikan pejabat. Terakhir, kemeja untuk liputan sehari-hari. Waktu meliput di istana juga perlu memperhatikan perilaku sesuai dengan protokoler yang sudah dijelaskan di atas.

“Wartawan istana melihat bagaimana presiden bekerja, bagaimana dinamika di kabinet saat mengambil keputusan, itu yang kita saksikan saat meliput di istana kepresidenan. Dan juga mau tidak mau wartawan juga menjadi representasi negara saat berhadapan dengan tamu-tamu dari negara sahabat. Misalnya waktu menyambut Raja Salman, jas nya tetap kita pakai meskipun lari-larian mengejar acara kepresidenan,” ujar Bayu Putra ketika menceritakan pengalamannya menjadi wartawan di istana negara.

Pria yang juga merupakan alumni Universitas Airlangga tersebut juga menekankan jika wartawan istana bukan humas presiden. Karena bukan semua yang bersumber dari istana dapat ditelan mentah-mentah. Di dalam prakteknya, semua narasumber di istana akan dijadikan tempat klarifikasi isu-isu dari hasil riset yang di dapatkan oleh wartawan. “Kadang-kadang kalau menterinya belum siap menjawab pertanyaan, maka mereka tidak jarang bermain kucing-kucingan dengan kita. Yaitu menghindari wartawan,” tambahnya.

Tantangan ketika meliput di istana juga banyak sekali, salah satunya adalah wartawan dituntut untuk cepat paham situasi. Belum dengan narasumber yang tiba-tiba datang tidak terduga sehingga memerlukan riset sangat singkat. Juga ada tantangan fisik yaitu berlarian ke kompleks dalam istana untuk mewawancarai narasumber. Ditambah narasumber banyak dan harus diwawancarai, membuat wartawan harus pintar dalam membagi waktunya. Namun ada kunci atau hal yang perlu diperhatikan juga saat sedang bertugas meliput di istana seperti, datang lebih awal dari jadwal, cepat menentukan siapa yang akan diwawancarai, gawai atau ponsel harus selalu on untuk riset dadakan dan pemberitahuan agenda mendadak, adanya kerjasama antar wartawan, usahakan punya laptop sendiri, dan fisik harus prima karena akan sering berlarian atau berdesakan.

Terdapat juga beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menjadi jurnalis media cetak di istana. Pertama adalah tentang kerja sama dengan tim. Kedua jurnalis media cetak harus menulis laporan secara lengkap, tuntas, dan akurat. Biasanya media cetak akan dibaca keesokan harinya, sehingga dalam satu berita harus memuat semua informasi yang diperlukan isu itu secara komprehensif dan beritanya harus tuntas. Ketiga yaitu membuat diferensiasi dengan jurnalis media online, karena berita jurnalis media cetak diterbitkan keesokan harinya. Pembedanya bisa dengan melakukan angle berita berbeda atau dengan menganalisis ucapan narasumber dengan lebih kaya. Keempat semua wartawan harus fasih bahasa asing minimal Bahasa Inggris. Kelima wartawan harus mudah bergaul untuk membuat nyaman dengan narasumber. Namun ada beberapa informasi dari narasumber yang tidak bisa dimuat atau dipublikasi. Juga seorang jurnalis dilarang melakukan tendensi waktu menulis berita. Keenam harus mempunyai narasumber cadangan untuk diwawancarai, apabila narasumber pertama berhalangan. Ketujuh menampilkan dua narasumber dalam setiap naskah. Kedelapan mempunyai waktu banyak menulis untuk mengecek akurasi berita. Kesembilan laporan berita harus yang terlengkap dan ter-update karena akan terbit besok.

Kemudian Bayu Putra juga menjelaskan mengenai penulisan berita yaitu, semua narasumber diperlakukan sama dalam naskah, langsung sebut nama, tidak perlu ada penyebutan gelar akademis, kalimat tidak boleh terlalu panjang, dan angka di atas 10.000 diganti huruf. Lalu ada pengayaan diksi yang mana jurnalis wajib memperhatikan ini di dalam penulisannya. Contohnya adalah riset terhadap latar belakang narasumber untuk variasi diksi, dan berikutnya usahakan tidak ada kata yang sama dalam satu kalimat.

Saat pandemi covid-19 terjadi, wartawan diwajibkan untuk tetap meliput. Karena harus melakukan pekerjaan di tengah ganasnya virus tersebut, maka ada banyak sekali tantangannya. Dari yang sebagian wartawan harus turun ke lapangan hingga berkerumun, lembaga-lembaga negara menerapkan sistem liputan secara daring melalui video conference atau live youtube, dan kreatif mencari sumber informasi.


Di dalam divisi desain media cetak, dibagi menjadi dua pekerjaan: desainer halaman dan layouter halaman. Sebenarnya dua pekerjaan ini hampir mirip dan yang membedakan ialah desainer halaman lebih banyak desainnya. Karena beberapa halaman di media cetak memerlukan desain khusus dan biasanya bekerja sama dengan redaktur. Kemudian layouter halaman juga bekerja menata foto, infografis, ke dalam sebuah halaman. Juga mengirim halaman naskah yang telah selesai ke ruang pra cetak.

Dalam mendesain halaman, terdapat beberapa aturan. Seperti di halaman pertama biasanya tidak hanya menampilkan berita straight news saja, tetapi bisa feature. Oleh karena itu ada kolom sendiri yang dinamakan boks. Juga terdapat kolom sampingan untuk memuat berita-berita ringan atau foto menarik. Kolom sampingan juga berfungsi supaya halaman lebih dinamis dan variatif.

Kemudian ketika mendesain suatu halaman, usahakan foto utama dan judul highlight selalu diletakkan di atas lipatan. Judul highlight biasanya diletakkan sebelah kanan, karena berkaitan dengan mata manusia yang terbiasa melihat di sisi tersebut. Setelah itu hindari judul yang bersebelahan dengan judul lain. Cara menghindarinya adalah dengan memberikan infografis atau kutipan untuk memisahkan artikel satu dengan yang lain. Software yang digunakan dalam mendesain halaman ada Adobe Indesign dan Quarkpress.

Di akhir workshop, para pemateri memberikan berbagai tips dan saran untuk prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI). Iwan Iwe memberi saran untuk memperbanyak praktek dibanding teori. Karena mendesain harus perlu praktek, sehingga diperlukan fasilitas seperti lab. komputer yang sudah berisi software edit. Selain itu adanya tugas-tugas membuat konten jurnalistik lalu diterbitkan secara berkala. Tujuannya agar ketika bekerja di media, kita terbiasa dengan deadline. Juga belajar menyebarkan konten jurnalistik ke media. Sedangkan untuk Bayu Putra memberikan saran agar mahasiswa dibiasakan dengan deadline. Lalu untuk menunjang kemampuan jurnalistik mahasiswa, prodi perlu bekerja sama dengan dewan pers supaya mereka tidak dianggap anak bawang ketika melakukan liputan. Agar ilmu-ilmu yang di dapat di kelas dapat langsung dipraktekkan tanpa harus menunggu lulus.

 

Setelah materi pertama selesai dibawakan, maka langsung beralih pembahasan tentang desain halaman cetak bagi pemula. Pada materi kali ini yang menyampaikan adalah Iwan Iwe, seorang content creator dan telah memiliki banyak pengalaman di bidang desain grafis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar