Surabaya – Kamis (28/10) Prodi Komunikasi
dan Penyiaran Islam atau yang biasa disebut KPI sukses menyelenggarakan
workshop jurnalistik. Workshop tersebut dilaksanakan via zoom meeting dan
menghadirkan dua pemateri hebat. Pemateri pertama bernama Bayu Putra yang
merupakan jurnalis sekaligus asisten redaktur Jawa Pos. Sedangkan untuk
pemateri kedua bernama Iwan Iwe yang merupakan seorang content creator.
Workshop jurnalistik ini bertujuan untuk mengenalkan dunia jurnalistik dan
desain halaman cetak kepada mahasiswa dan mahasiwi KPI UINSA.
Workshop diawali dengan opening speech dari
Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Dr. Abd. Halim, M.Ag. Beliau menyampaikan
bahwa workshop jurnalistik merupakan bagian dari pengembangan Islam dan
pengembangan ilmu di Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Pak Dekan sangat berterima
kasih serta mengapresiasi panitia dan dosen dalam menyelenggarakan workshop
tersebut.
Pemateri pertama, Bayu Putra mengajarkan
mengenai apa saja yang berada di dalam dunia jurnalistik, salah satunya ketika
meliput agenda acara presiden. Di dalam powerpoint-nya, Bayu Putra
menuliskan bahwa liputan di sana sebenarnya sama saja dengan tempat atau
lembaga lain. Bedanya hanya satu tetapi membawa konsekuensi tambahan, yaitu
narasumbernya. Maksud dari kalimat ini adalah meliput kegiatan presiden
memiliki konsekuensi yang tinggi karena kita dihadapkan dengan pemimpin negara
langsung sebagai narasumber. Sehingga perlu berhati-hari apabila melakukan
kegiatan meliput.
Bayu Putra juga memberitahukan beberapa
macam hal yang perlu disiapkan dan dipatuhi ketika meliput di istana negara.
Seperti protokoler yang berarti peraturan-peraturan di istana negara dan kita
wajib untuk mematuhinya. Kemudian ID Pers khusus wartawan istana. Selain itu ketika
meliput di istana, kita harus memakai outfit sopan karena merepresentasi
negara. Ada tiga outfit yang biasa digunakan wartawan istana antara lain
seperti,“PSL (Pakaian Sipil Lengkap) terdiri dari setelan jas serta sepatu
formal, dan digunakan untuk meliput kegiatan kenegaraan. Lalu ada batik lengan
panjang digunakan ketika meliput acara ceremony contohnya pelantikan
pejabat. Terakhir, kemeja untuk liputan sehari-hari. Waktu meliput di istana
juga perlu memperhatikan perilaku sesuai dengan protokoler yang sudah
dijelaskan di atas.
“Wartawan istana melihat bagaimana presiden
bekerja, bagaimana dinamika di kabinet saat mengambil keputusan, itu yang kita saksikan
saat meliput di istana kepresidenan. Dan juga mau tidak mau wartawan juga
menjadi representasi negara saat berhadapan dengan tamu-tamu dari negara
sahabat. Misalnya waktu menyambut Raja Salman, jas nya tetap kita pakai
meskipun lari-larian mengejar acara kepresidenan,” ujar Bayu Putra ketika
menceritakan pengalamannya menjadi wartawan di istana negara.
Pria yang juga merupakan alumni Universitas
Airlangga tersebut juga menekankan jika wartawan istana bukan humas presiden.
Karena bukan semua yang bersumber dari istana dapat ditelan mentah-mentah. Di
dalam prakteknya, semua narasumber di istana akan dijadikan tempat klarifikasi
isu-isu dari hasil riset yang di dapatkan oleh wartawan. “Kadang-kadang kalau
menterinya belum siap menjawab pertanyaan, maka mereka tidak jarang bermain
kucing-kucingan dengan kita. Yaitu menghindari wartawan,” tambahnya.
Tantangan ketika meliput di istana juga
banyak sekali, salah satunya adalah wartawan dituntut untuk cepat paham situasi.
Belum dengan narasumber yang tiba-tiba datang tidak terduga sehingga memerlukan
riset sangat singkat. Juga ada tantangan fisik yaitu berlarian ke kompleks
dalam istana untuk mewawancarai narasumber. Ditambah narasumber banyak dan
harus diwawancarai, membuat wartawan harus pintar dalam membagi waktunya. Namun
ada kunci atau hal yang perlu diperhatikan juga saat sedang bertugas meliput di
istana seperti, datang lebih awal dari jadwal, cepat menentukan siapa yang akan
diwawancarai, gawai atau ponsel harus selalu on untuk riset dadakan dan
pemberitahuan agenda mendadak, adanya kerjasama antar wartawan, usahakan punya
laptop sendiri, dan fisik harus prima karena akan sering berlarian atau
berdesakan.
Terdapat juga beberapa hal yang perlu
diperhatikan saat menjadi jurnalis media cetak di istana. Pertama adalah
tentang kerja sama dengan tim. Kedua jurnalis media cetak harus menulis laporan
secara lengkap, tuntas, dan akurat. Biasanya media cetak akan dibaca keesokan
harinya, sehingga dalam satu berita harus memuat semua informasi yang
diperlukan isu itu secara komprehensif dan beritanya harus tuntas. Ketiga yaitu
membuat diferensiasi dengan jurnalis media online, karena berita jurnalis media
cetak diterbitkan keesokan harinya. Pembedanya bisa dengan melakukan angle berita
berbeda atau dengan menganalisis ucapan narasumber dengan lebih kaya. Keempat
semua wartawan harus fasih bahasa asing minimal Bahasa Inggris. Kelima wartawan
harus mudah bergaul untuk membuat nyaman dengan narasumber. Namun ada beberapa
informasi dari narasumber yang tidak bisa dimuat atau dipublikasi. Juga seorang
jurnalis dilarang melakukan tendensi waktu menulis berita. Keenam harus
mempunyai narasumber cadangan untuk diwawancarai, apabila narasumber pertama
berhalangan. Ketujuh menampilkan dua narasumber dalam setiap naskah. Kedelapan
mempunyai waktu banyak menulis untuk mengecek akurasi berita. Kesembilan
laporan berita harus yang terlengkap dan ter-update karena akan terbit
besok.
Kemudian Bayu Putra juga menjelaskan
mengenai penulisan berita yaitu, semua narasumber diperlakukan sama dalam
naskah, langsung sebut nama, tidak perlu ada penyebutan gelar akademis, kalimat
tidak boleh terlalu panjang, dan angka di atas 10.000 diganti huruf. Lalu ada
pengayaan diksi yang mana jurnalis wajib memperhatikan ini di dalam
penulisannya. Contohnya adalah riset terhadap latar belakang narasumber untuk
variasi diksi, dan berikutnya usahakan tidak ada kata yang sama dalam satu
kalimat.
Saat pandemi covid-19 terjadi, wartawan
diwajibkan untuk tetap meliput. Karena harus melakukan pekerjaan di tengah
ganasnya virus tersebut, maka ada banyak sekali tantangannya. Dari yang
sebagian wartawan harus turun ke lapangan hingga berkerumun, lembaga-lembaga
negara menerapkan sistem liputan secara daring melalui video conference atau
live youtube, dan kreatif mencari sumber informasi.
Di dalam divisi desain media cetak, dibagi
menjadi dua pekerjaan: desainer halaman dan layouter halaman. Sebenarnya
dua pekerjaan ini hampir mirip dan yang membedakan ialah desainer halaman lebih
banyak desainnya. Karena beberapa halaman di media cetak memerlukan desain
khusus dan biasanya bekerja sama dengan redaktur. Kemudian layouter halaman
juga bekerja menata foto, infografis, ke dalam sebuah halaman. Juga mengirim
halaman naskah yang telah selesai ke ruang pra cetak.
Dalam mendesain halaman, terdapat beberapa
aturan. Seperti di halaman pertama biasanya tidak hanya menampilkan berita straight
news saja, tetapi bisa feature. Oleh karena itu ada kolom sendiri
yang dinamakan boks. Juga terdapat kolom sampingan untuk memuat
berita-berita ringan atau foto menarik. Kolom sampingan juga berfungsi supaya
halaman lebih dinamis dan variatif.
Kemudian ketika mendesain suatu halaman,
usahakan foto utama dan judul highlight selalu diletakkan di atas
lipatan. Judul highlight biasanya diletakkan sebelah kanan, karena
berkaitan dengan mata manusia yang terbiasa melihat di sisi tersebut. Setelah
itu hindari judul yang bersebelahan dengan judul lain. Cara menghindarinya
adalah dengan memberikan infografis atau kutipan untuk memisahkan artikel satu
dengan yang lain. Software yang digunakan dalam mendesain halaman ada Adobe
Indesign dan Quarkpress.
Di akhir workshop, para pemateri
memberikan berbagai tips dan saran untuk prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam
(KPI). Iwan Iwe memberi saran untuk memperbanyak praktek dibanding teori.
Karena mendesain harus perlu praktek, sehingga diperlukan fasilitas seperti
lab. komputer yang sudah berisi software edit. Selain itu adanya
tugas-tugas membuat konten jurnalistik lalu diterbitkan secara berkala.
Tujuannya agar ketika bekerja di media, kita terbiasa dengan deadline. Juga
belajar menyebarkan konten jurnalistik ke media. Sedangkan untuk Bayu Putra
memberikan saran agar mahasiswa dibiasakan dengan deadline. Lalu untuk
menunjang kemampuan jurnalistik mahasiswa, prodi perlu bekerja sama dengan
dewan pers supaya mereka tidak dianggap anak bawang ketika melakukan liputan.
Agar ilmu-ilmu yang di dapat di kelas dapat langsung dipraktekkan tanpa harus
menunggu lulus.
Setelah materi pertama selesai dibawakan,
maka langsung beralih pembahasan tentang desain halaman cetak bagi pemula. Pada
materi kali ini yang menyampaikan adalah Iwan Iwe, seorang content creator dan
telah memiliki banyak pengalaman di bidang desain grafis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar